Kali ini, panen dilaksanakan di Desa Murung Keramat Kecamatan Belawang. Panen di lahan Gapoktan Tani Mandiri ini dilaksanakan bersama Wakil Bupati H Rahmadian Noor, jajaran forkopimda/mewakili, Kadis TPH Syamsir Rahman, Kadistan TPH Batola Hj Murniati, para pimpinan SKPD terkait dan para petani.
Wakil Bupati Batola H Rahmadian Noor merasa bersyukur atas keberhasilan petani melaksanakan panen. Terlebih panennya bersamaan dengan beberapa wilayah yang terkena musibah banjir seperti sebagian di Kecamatan Belawang, Mandastana, Jejangkit, Alalak, Cerbon, dan Rantau Badauh dengan luasan diperkirakan mencapai 828 km2 atau 82.800 hektar.
Wabup menyatakan, saat ini hampir 34 ribu hektar sawah di Batola yang terendam dengan kedalaman rata-rata 1 meter dan di dalamnya terdapat padi yang sedang disemai, terutama padi lokal dan sebagian padi unggul.
Limpahan air yang sangat besar ditambah kondisi geografis Batola yang rendah, tutur wabup yang akrap disapa pak Rahmadi itu, menyebabkan banjir lebih lama bahkan sebagian besar sawah masih terendam.
Terkait panen yang dilaksanakan, lelaki yang pernah menjadi anggota DPRD Batola itu mengatakan, pemerintah terus berusaha melakukan pengembangan bahkan sejak dekade terakhir Batola secara bertahap beralih ke pertanian semi mekanis agar secara berangsur-angsur bisa lebih maju.
Syamsir menyarankan, lebih mengintensifnya PPL. Ia berpendangan PPL perlu diberi insentif guna meringankan kebutuhan ketika memberi sosialisasi ke petani.
Lelaki suka bercanda itu menyatakan, perhatian provinsi terhadap Batola lebih tinggi dibanding kabupaten lainnya. Tahun 2021, sebutnya, bantuan yang diberikan mencapai Rp3,9 miliar.
Sebelumnya, Kadistan TPH Batola, Murniati mengatakan, sawah Batola meski terluas dan penghasil terbesar padi di Kalsel namun produktivitas masih di bawah rata-rata provinsi. yang hanya 3,5 ton per hektar. Sedangkan provinsi sudah memiliki rata-rata produktivitas 4 ton per hektar.
Kendala yang dihadapi, sebutnya, terutama sisi agronomi dan sosial budaya. Untuk kendala agronomi, terang Murni, akibat lahan pasang surut ditambah pengelolaan air yang belum optimal serta belum diterapkannya teknologi yang sesuai daerah rawa.
"Kami mencoba melakukan berbagai terobosan melalui pencanangan Program IP200 atau dua kali tanam dalam satu tahun dimana musim kemarau tanam padi lokal dan musim hujan tanam padi unggul,” paparnya.
Murni menambahkan, pihaknya juga akan menerapkan teknologi-teknologi spesifik dan melaksanakan percepatan sistem mekanisasi baik tanam maupun panen di samping memberdayakan kelompok tani mendorong menjadi corporate tani agar for estate.
Sedangkan dari segi kelembagaan akan meningkatkan peran BPP selain sebagai penyuluh juga sebagai kostra tani yang berfungsi sebagai pusat data dan informasi, pusat penyuluhan, pusat jejaring, dan pusat kemitraan.
Terkait padi unggul, Kadistan TPH Batola itu menyatakan, akan memperkenalkan varietas yang berproduksi tinggi dan berumur pendek serta meningkatkan produktivitas padi lokal melalui pemupukan yang berimbang.
Namun begitu, Murni menyatakan, terhadap ketahanan pangan Batola sudah memenuhi dan yang kini sedang diupaya kesejahteraan petani dengan menanam padi yang nilai ekonominya tinggi. (prpmd/jp).