BREAKING NEWS

Rabu, 29 September 2021

Jembatan Sei Alalak Diberi Nama Jembatan Aberani Sulaiman

MARABAHAN- Hingar bingarnya penamaan Jembatan Sungai Alalak yang disebabkan berbagai aspek ternyata turut memberi perhatian sejumlah kalangan. Menurut keterangan, jembatan penghubung antara Kabupaten Barito Kuala dan Kota Banjarmasin ini akan diberi nama “Jembatan Aberani Sulaiman.”

Pihak DPRD Provinsi Kalsel sendiri, katanya, tengah mempersiapkan penggodokan nama jembatan yang memiliki panjang 850 meter dan lebar 20 meter ini.

Sebelumnya, jembatan dengan pembangunan berkonstruksi melengkung yang menelan biaya Rp278 miliar ini kendati belum diresmikan telah muncul sebutan-sebutan yang menamakannya di antaranya "Jembatan Ading Basit", "Jembatan Moge", "Jembatan Supra" dan lainnya. 

Munculnya sebutan-sebutan ini akibat meme di media sosial (medsos) karena suatu peristiwa seperti terdapat pengendara yang berhasil dibukakan portal melewati jembatan hanya dengan mengaku “Aku ading Basit”.

Padahal saat itu jembatan yang dibangun KSO PT Wijaya Karya (Persero) Tbk- PT Pandji berskema pekerjaan multiyears ini masih tertutup untuk umum.

Sebutan Jembatan Ading Basit ini kian progresif dengan munculnya video singkat pengendara yang melewati portal yang mengaku sebagai “Ading Basit.”

Aksi konvoi Motor Gede (Moge) dari Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) yang melintas di Jembatan Sungai Alalak ini viral dan menuai kritik dari netizen yang mengaku pengguna supra, revo, beat, win dan sejenisnya untuk minta disamakan hak. 

Belum lagi adanya kreativitas netizen dengan membuat desain baju berlatar jembatan ikonik bulan purnama di atas sungai dengan teks bernada deklaratif “Aku Ading Basit.”

Saking populernya, bahkan Google Maps sendiri pada berandanya jika di ketik “Jembatan Basit” akan muncul jembatan monumental Sungai Alalak ini.

Ketua KNPI Barito Kuala, Hery Sasmita SSTP MAP mengatakan, penamaan terhadap sesuatu tempat atau bangunan tidak serta merta harus mengikuti kepopuleran sebutan. Karena, terdapat ketentuan dan pertimbangan yang mendasari seperti mencerminkan semangat nasionalisme, kegotong-royongan, persatuan, historis, ketokohan, jasa, dan lainnya.

Lelaki yang juga menjabat Wakil Ketua Bendahara KNPI Kalsel ini menyatakan, sangat setuju jika pihak DPRD Provinsi Kalsel memberikan nama Jembatan Sungai Alalak itu Jembatan Aberani Sulaiman. Mengingat jika dilihat historis yang bersangkutan selain pernah menjabat Gubernur Kalsel ketiga periode 1963-1968 juga merupakan Ketua Panitia Persiapan Proklamasi Kalimantan 17 Mei 1949.

"Jika dilihat jasa ini tentunya nama beliau layak diabadikan. Terlebih selama ini belum ada bangunan monumental yang mengabadikan nama beliau. Sementara untuk gubernur pertama dan kedua sudah ada Jalan Gubernur Syarkawi dan Jalan Haji Maksid,” paparnya.

Hery bahkan menyatakan, atas nama KNPI akan berkirim surat ke DPRD Provinsi Kalsel dalam rangka mengusulkan nama Aberani Sulaiman untuk ditetapkan sebagai nama Jembatan Sungai Alalak.

"Rasanya tidak berlebihan jika kami juga mengusulkan nama Jembatan Sungai Alalak adalah Jembatan Aberani Sulaiman. Mengingat nama gubernur ketiga Kalsel ini kami pilih dengan berbagai pertimbangan logis dan historis,” tuturnya.

Senada dengan Ketua KNPI Batola, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Barito Kuala, KH Ahmad Jiansi Majedi SAg juga sangat mendukung penamaan Jembatan Sungai Alalak diambil atas nama Gubernur ketiga Kalsel H Aberani Sulaiman.

Mengingat, sebut salah satu tokoh di Batola ini, Aberani Sulaiman selain pernah menjabat Gubernur Kalsel periode 1963-1968 juga yang bersangkutan sangat berjasa dalam perjuangan di Kalsel.

"Seingat saya beliau pernah menjadi Ketua  Panitia Persiapan Proklamasi Kalimantan 17 Mei 1949, karena itu sangat tepat jika nama beliau diabadikan dalam sebuah bangunan yang bersifat monumental seperti Jembatan Sungai Alalak ini,” tukasnya. (prkpmd/jp).

Share Berita :

 
Copyright © 2014 Jurnalis Post. Designed by OddThemes