BREAKING NEWS

Selasa, 06 Mei 2025

Krisis Infrastruktur di Seruyan Tengah Cermin Masih Gagalnya Tata Kelola yang Adil dan Merata

KUALA PEMBUANG- Jum'at, 2 Mei 2025 lalu, menjadi moment Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang tak terlupakan bagi sejumlah pelajar yang mengenyam pendidikan di bangku SMP Negeri 1 Seruyan Tengah.

Satu unit kendaraan bermotor yang ditumpangi tiga orang pelajar dari sekolah itu, terjebak diruas jalan penghubung, seusai pulang dari sekolah. 

Bekas turunan hujan, jalanan licin dan lumpur tebal membuat kendaraan kehilangan keseimbangan. Hingga akhirnya terperosok dikubangan lumpur jalanan yang coklat legam.

Sembari menunggu warga melintas untuk menolong, pelajar itu berinisiatif saling membantu antar sesama rekannya. Meski seragam sekolah putih abu-abu penuh noda lumpur, mereka tetap terlihat tersenyum. Sesekali tertawa renyah, melihat tampilan terbaru rekannya seperti bak boneka kayu yang baru dipoles.

Entah sudah berapa topeng yang mereka gunakan hanya untuk terlihat tersenyum didepan banyak orang. Meski sebenarnya hati mereka risih, melihat buruknya infrastruktur jalanan diwilayah itu.

Insiden tumbangnya pelajar di jalanan berlumpur itu, menguak duka lama bagi warga di Kecamatan Seruyan Tengah, yang selama bertahun-tahun hidup dalam bayang-bayang infrastruktur penghubung yang masih tak sesuai harapan.

Jalan poros yang sejak dulu menjadi penghubung antar desa dan kecamatan, kenyamanannya kini masih menjadi impian bagi warga disana.

Infrastruktur publik yang rusak parah saat musim penghujan, lumpur tebal menjadikan jalan licin dan nyaris tak bisa dilalui. 

Begitupun saat musim kemarau, debu pekat mengepul tanpa henti. Lubang menganga, genangan air serta tanjakan curam telah menjadi pemandangan sehari-hari yang membahayakan keselamatan warga.

Setiap musim hujan tiba, membawa kecemasan yang sama. Anak-anak kesulitan berangkat sekolah, warga sakit terhambat menuju layanan kesehatan, dan tak terhitung lagi warga yang tergelincir dan terjatuh.

Ketidakadilan ini bukan sekedar soal kerusakan teknis. Namun bentuk nyata dari pengabaian hak atas ruang hidup yang nyaman dan layak.

Namun hingga kini, belum ada komitmen nyata dari pemerintah daerah ataupun provinsi untuk memperbaiki kerusakan atau mengembalikan fungsi jalan sebagai fasilitas publik.

"Setiap tahun kami hanya menerima debu, lumpur dan resiko. Akses pendidikan terganggu, perekonomian terhambat dan akses bidang lainnya juga terdampak," kata Rio, warga Seruyan Tengah, Jum'at (2/4/2025) lalu.

Rio menilai, rusaknya infrastruktur jalan ini mencerminkan masih gagalnya tata kelola infrastruktur yang adil dan berkelanjutan oleh pemerintah.

"Bagaimana kita bisa bicara soal peningkatan ekonomi yang berkelanjutan seperti yang gencar digaungkan pemerintah, jika akses hak dasar warga saja dikorbankan. Ini bukan sekadar krisis infrastruktur, melainkan krisis akses ke berbagai bidang hanya karena persoalan infrastruktur yang belum teratasi," tegas Rio menimpali. (gan/jp). 

Share Berita :

 
Copyright © 2014 Jurnalis Post. Designed by OddThemes