PALANGKA RAYA- Sejumlah pangkalan gas elpiji di Kota Palangka Raya diduga menjual di atas harga eceran terendah atau HET SK Walikota yang seharusnya Rp22 ribu per 3 Kilogram menjadi Rp35 ribu per kilogram.
Menanggapi hal tersebut, Ketua IPJI Provinsi Kalteng, Ir Timerasi Labat meminta Pemerintah Kota Palangka Raya dan aparat penegak hukum untuk mengambil sikap atas keluhan masyarakat karena tinggi nya harga elpiji subsidi.
"Menurut saya ini sudah sangat merugikan masyarakat dan diduga telah melanggar Udang-undang Nomor 22 tahun 2021 tentang Gas dan Bumi," kata Labat, Jumat 8 Oktober 2021 di Palangka Raya.
Menurut Labat, tabung gas elpiji 3 kg di pangkalan sulit didapat dan langka, sementara di pengecer dijual dengan harga Rp35 ribu. Eronis, ekonomi masyarakat belum pulih, namun harga gas untuk rumah tangga cukup tinggi.
Menurut Labat, penyebab harga gas elpiji 3 kilogram melonjak, diduga karena lebih banyak beredar di tingkat pengecer bukan di Pangkalan-pangkalan resmi.
"Kami berharap, Pemerintah Daerah dan Aparat Penegak Hukum segera melakukan penertiban dan mengevaluasi pangkalan gas elpiji di Kota Palangka Raya," ujar Labat.
Diakui oleh salah satu pemilik pangkalan yang berada di Kelurahan Panarung, bahwa dirinya menjual tabung gas elpiji bersubsidi 3 kg dengan harga Rp25 ribu per tabung.
"Saya jual gas elpiji tiga kilogram dengan harga Rp25 ribu. Karena untuk menutupi biaya angkut dan bongkar muat. Ini sudah saya koordinasikan dengan pihak agen," ungkap salah seorang pemilik pangkalan, ia tidak mengizinkan identitas nya untuk publikasikan di media.
Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang pengecer gas elpiji 3 kilogram di kawasan Pasar Palangka Raya, ia mengaku memperoleh gas elpiji 3 Kilogram dari salah satu pangkalan dengan harga beli Rp30 ribu per tabung.
"Saya beli dari mereka harga Rp30 ribu per tabung dan mereka yang antar sebanyak 20 sampai 50 tabung. Kepada masyarakat satu tabung nya saya jual dengan harga Rp35 ribu," ungkap pengecer tersebut. (Ipji/emca/jp).
