PURUK CAHU- Permasalahan stunting menjadi penghambat terbesar dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga tidak hanya merugikan dari segi kesehatan tetapi juga dari segi produktivitas dan ekonomi.
Demikian hal itu diungkapkan Asisten II Setda Mura, Ferry Hardi saat membuka rakor tim penurunan stunting tahun 2023 di aula gedung B, Jumat (20/10).
Menurutnya, dalam jangka pendek stunting menyebabkan perkembangan otak anak tidak akan berkembang secara optimal. Sehingga akan mempengaruhi kemampuan kognitif anak akan lebih rendah dan dalam jangka panjang akan menyebabkan produktivitas dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
"Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kecepatan penurunan stunting merupakan prioritas pemerintah," ucap Ferry Hardi.
Ia mengatakan, Presiden Joko widodo telah menargetkan preveluansi stunting secara nasional tahun 2024 berada pada angka 14%. Sedangkan Murung Raya mendapatkan target 17,26%.
"Sementara saat ini masih di atas target nasional," ujar Ferry Hardi.
Ferry Hardi mengajak, semua pihak harus bergerak searah dengan tujuan yang sama untuk menuntaskan permasalahan yang menimbulkan risiko stunting, baik itu interfensi spesifik maupun intervensi sensitifnya.
Ia mengatakan, bahwa preveluansi stunting di Mura berdasarkan tahun 2021 sebesar 40,9% dan berdasarkan hasil pendataan keluarga tahun 2022 keluarga berisiko stunting di Kabupaten Mura berjumlah 13.216 atau sebesar 64,33%.
"Ini menjadi catatan kita semua bahwa berdasarkan data terkoneksi stunting kita 40,9%, tetapi pihak yang ada berpotensi stunting sebesar 64,33%. Jadi ada sesuatu di belakangnya yang masih perlu kita perhatikan, dan harus kita ambil langkah strategis," kata Ferry Hardi.
Ditambahkan Ferry Hardi, keluarga berisiko stunting adalah keluarga yang mempunyai risiko untuk melahirkan kasus stunting yang baru.
"Jadi bukan hanya yang sudah terkena stunting, tetapi masih ada di belakangnya yang akan melahirkan kasus stunting baru yaitu keluarga yang mempunyai ibu hamil, ibu pasca persalinan, balita 2 tahun, dan balita 5 tahun, juga calon pengantin," kata Ferry.
Lebih lanjut dikatakan Ferry Hardi, hal ini menunjukkan masih banyak yang harus dilakukan.
"Sehingga memerlukan perhatian semua untuk lebih fokus dan serius dalam mendampingi serta memenuhi kebutuhan keluarga berisiko stunting akan pelayanan intervensi spesifik maupun sensitif," jelas Ferry Hardi.
Dikatakannya lagi, rencana aksi nasional ini bentuk percepatan penurunan stunting, meski pelan tapi pasti.
Ia menjelaskan, bahwa ada tiga kerangka pendekatan yang dapat digunakan dalam pendekatan keluarga yang berisiko stunting. Yaitu pendekatan intervensi gizi terintegrasi, pendekatan multi sektoral, dan pendekatan berbasis keluarga berisiko stunting.
"Pendekatan pertama yakni pendekatan gizi ibu hamil sampai bayi berusia 23 bulan. Sedangkan intervensi sensitif adalah intervensi yang secara tidak langsung melalui kejadian seperti perbaikan portable pemberian bantuan sosial penyediaan air bersih dan kamar mandi yang sehat," ungkapnya.
Ia juga mengatakan, setelah terbentuknya tim percepatan penurunan stunting ini. Selanjutnya dilaksanakan rapat koordinasi yang dipimpin oleh ketua tim percepatan stunting untuk mengatur strategi dan rencana kerja dengan seluruh bidang-bidang dalam kecepatan tinggi di wilayahnya.
Sedangkan pendekatan multisektor dan multi pihak dalam mengolaborasikan pelayanan interferensi spesifik dan sensitif melalui OPD dan Stakeholder terkait
Terakhir, pedekatan berbasis keluarga yang berisiko stunting. Hal ini dilakukan dalam upaya memastikan seluruh intervensi spesifik dan sensitif yang diberikan OPD dan stakeholder dapat menjangkau seluruh keluarga yang berisiko terkena stunting .
"Jika kita lihat di antara ke 3 pendekatan tersebut. Lendekatan itulah yang paling efektif karena menyasar langsung kepada sasaran. Sehingga kejadian kasus stunting baru dapat di cegah," jelasnya.
Ferry Hardi berharap melalui rapat koordinasi ini nantinya dapat membangun suatu mekanisme kerja yang terarah dan terukur, sehingga percepatan dan program stunting dapat terlaksana dengan baik dan berhasil.
"Kami juga meminta perhatian kepada TPPS kecamatan agar menyampaikan laporan pelaksanaan program pendekatan stunting di desa dan di wilayah masing-masing setiap bulannya agar percepatan penurunan stunting dapat berjalan dan berhasil," demikian Ferry Hardi.
Turut hadir dalam rapat tersebut, Plt Dinas DALDUK KBP3A Mura, Dra. Lynda Kristianie Perdie, Kepala Kantor Kemenag Mura, Marzuki Rahman,nperwakilan Dandim 1013 Muara Teweh, perwakilan Polres Mura, para camat, dan tamu undangan lainnya. (maya/jp).