Ditengah hingar bingar perseteruan politik kaum politikus di negeri ini. Tentu saja sangat berimbas kepada rakyat sebagai obyek kaum yang berseteru.
Bagaimana tidak, keberadaan politikus sangat dominan dalam pemerintahan
Dampak ngatif yang sangat dirasakan oleh rakyat adalah tergerusnya etika, sosial dan ekonomi rakyat.
Pers adalah pilar ke empat dari empat pilar terjaganya sebuah demokrasi yang sehat.
Hal yang sering "Terabaikan" adalah teriakan dan aspirasi rakyat. Beberapa lembaga resmi penyalur, penampung dan pemberi solusi atas aspirasi rakyat pun masih terasa kurang.
Tempat penyalur aspirasi rakyat yang termudah, termurah, dan tercepat yaitu, lembaga Pers.
Tentu saja para "Pemungut" kata, gerak, dan nurani rakyat, adalah para Jurnalis.
Semakin berkembang teknologi bibidang Pers. Tentu saja dalam hitungan menit, foto, video, dan berita yang diolah para Jurnalis sangat cepat bisa dibaca oleh rakyat.
Pesatnya perkembangan dunia Pers adalah sesuatu yang tidak bisa terhindarkan oleh kaum Jurnalis. Untuk menjawab semua itu, tentu saja kita harus berdamai dengan teknologi.
Terlepas dari itu, seyogyanya dan harus sebagai Jurnalis, kita tidak boleh keluar dari "Kiblat" Seorang yang berprofesi sebaga Jurnalis. Yaitu, Kode Etik Jurnalistik (KEJ).
Semangat, keberanian, welas asih, kecerdasan, dan profesionalisme tentu saja harus kita lengkapi dalam alam pikiran dan tulisan seorang Jurnalis.
Dengan rasa hati dan rasa kebersamaan, marilah kita utamakan penulisan berita dengan baik, jujur, mengedukasi, menghibur, dan penuh rasa bertanggung jawab. Untuk Itu, jangan abaikan Kode Etik Jurnalistik (KEJ).
Selamat memperingati Hari Pers. Salam Jurnalis untuk Keadilan.
Sumber Berusia Hartany Soekarno,65 tahun.
Menggeluti Dunia Pers 40 tahun lebih.
Pernah Sebagai Jurnalis:
TVRI.
TPI.
Lativi.
tvOne.
Ketua IJTI Dua Periode.
Sekarang Pembina IJTI Kalteng.
Masih aktif Menulis dan Membina di Beberapa Media Cetak dan Online Pusat dan Daerah. (*/gan/jp).
